• 0334-8797454
  • pba@iaimlumajang.ac.id
  • Banyuputih Kidul, Jatiroto, Lumajang
BERITA
Tarbiyatul Akhlaq di Anuban OB-OM School Satun, Thailand: Catatan Pengamatan dan Partisipasi

Tarbiyatul Akhlaq di Anuban OB-OM School Satun, Thailand: Catatan Pengamatan dan Partisipasi

Sejak pertama kali tiba di Satun, Thailand, pada 7 Juli 2025, saya mulai merasakan atmosfer berbeda di lingkungan Anuban OB-OM School. Sebagai peserta KKN Internasional IAIM Lumajang, saya tidak hanya datang untuk mengajar, tetapi juga untuk belajar melalui pengamatan, observasi, dan partisipasi aktif dalam setiap aktivitas sekolah. Hingga hari ini—dan akan terus berlanjut sampai 23 September 2025 sebelum kembali ke Indonesia—saya menyaksikan sendiri bagaimana pembiasaan akhlak (tarbiyatul akhlaq) benar-benar hidup dalam keseharian siswa.

Sejak pagi, siswa datang dengan wajah ceria. Mereka menyapa guru dengan salam islami dan salam budaya Thailand, “Assalamualaikum” dan “Shawadikap Kun gru”, lalu mencium tangan guru sebagai tanda hormat. Saya pun ikut larut dalam suasana ini; sebuah kebiasaan kecil yang ternyata membawa dampak besar dalam membentuk karakter.

Tampak Siswa OB-Satun School Thailand datang dan mencium tangan guru dan mengucapkan salam islami
Selain mengucapkan salam islami, siswa juga mengucapkan salam dalam bahasa Thailand.

Di kelas maupun di halaman sekolah, budaya disiplin tampak jelas. Anak-anak terbiasa mengantri rapi saat apel, membeli makanan di kantin, hingga saat berwudhu dan shalat. Tidak ada yang mendorong, tidak ada yang berebut—semua berjalan dengan penuh kesabaran. Dari sini saya belajar bahwa tertib dan sabar adalah akhlak sosial yang harus dibangun sejak dini, dan di sekolah ini, itu dilakukan melalui latihan sehari-hari.

Satu kebiasaan yang menarik perhatian saya adalah gosok gigi sebelum wudhu menjelang shalat Dzuhur. Saya ikut mendampingi mereka ke tempat wudhu, dan melihat bagaimana anak-anak melakukannya dengan penuh kesadaran. Bagi mereka, bersih bukan hanya urusan fisik, tetapi juga bagian dari persiapan ibadah. Setelah itu, sebagian siswa bergantian memimpin dzikir dan doa. Saya kagum, sebab dari kecil mereka sudah dibiasakan berani tampil dan memimpin.

Hal lain yang tampak sederhana tapi penuh makna adalah kebiasaan meminta izin. Setiap kali hendak keluar kelas atau berganti aktivitas, siswa tidak lupa berpamitan kepada guru. Saya sering melihat langsung hal ini, bahkan kadang siswa datang mendekat sambil menunduk sopan sebelum berkata, “Permission, teacher.” Tindakan kecil yang sesungguhnya mendidik mereka untuk menghormati aturan dan menghargai otoritas.

Dalam sebuah percakapan dengan Guru Hudeen Usama, beliau menjelaskan bahwa semua aktivitas ini adalah bagian dari tarbiyatul akhlaq. Guru bukan hanya pengajar ilmu, tetapi juga pendidik yang menanamkan nilai dan menjaga hati siswa. “Apa yang keluar dari hati akan masuk ke hati,” kata beliau. Nasihat itu membuat saya semakin memahami bahwa pembiasaan akhlak adalah inti pendidikan di sini.

Melalui pengamatan, observasi, dan keterlibatan langsung, saya merasakan bahwa pendidikan karakter tidak harus diajarkan melalui teori yang panjang. Justru melalui harokah sederhana—salam, senyum, berjabat tangan, antri, gosok gigi, berdoa, hingga meminta izin—anak-anak di Anuban OB-OM School belajar membentuk habit baik dan mindset positif. Saya sendiri ikut terbiasa dengan ritme ini, seakan menjadi bagian dari mereka.

Pengalaman ini meyakinkan saya bahwa pendidikan akhlak harus dimulai dari hal-hal kecil yang dilakukan terus-menerus. Kebiasaan yang sederhana, bila dijaga konsistensinya, akan membentuk karakter yang kokoh dan menjadi bekal berharga bagi generasi mendatang.

Yusuf Maulana
Mahasiswa KKN International di OB-OM Satun, Thailand Tahun 2025
Semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
Fakultas Tarbiyah, IAIM Lumajang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *